Rabu, 18 April 2012

Sinopsis To Liong To 2003 episode 15

Thio Bu Ki dan Siao Ciao terjebak di dalam ruang bawah tanah karena jalan keluar ditutup oleh Seng Kun. Hawa panas dari runtuhan menyebabkan muka Siao Ciao seperti meleleh. Bekas luka palsu di wajah Siao Ciao terhapus dan Bu Ki pun terpana melihat kecantikan sesungguhnya gadis itu. Ternyata ruang bawah tanah itu adalah kumpulan benda pusaka Sekte Ming. Bu Ki menemukan sebuah pedang dan mencoba memotong rantai besi di kaki Siao Ciao, tapi tidak berhasil.

Di luar, Seng Kun terpaku di depan makam istri Yo Po Thian. Ia berkata, “Karena engkau aku terpaksa bekerja pada Pemerintah Dinasti Yuan (Mongol). Yo Po Thian, aku tak akan berhenti sampai Sekte Ming hancur!” Pertempuran besar-besaran antara 6 perguruan lurus dengan Sekte Ming terus berlanjut. Terlihat murid-murid perempuan Go Bi dan pendekar-pendekar Butong dengan formasinya. Sekte Ming tentu saja kalah dari segi jumlah.

Di ruang bawah tanah, Siao Ciao menangis terharu akan perhatian Thio Bu Ki padanya. Kata Bu Ki, itu hal wajar, sudah seharusnya pria melindungi wanita. Sebenarnya Siao Ciao terharu karena ia memang punya agenda tersembunyi dengan menyamar jadi pelayan, tetapi kini ia ragu mewujudkannya dan luluh akan kebaikan Bu Ki. Mereka menemukan tengkorak Yo Po Thian. Di sampingnya ada kulit binatang. Ketika melihat kulit binatang itu, Siao Ciao menggigit jarinya hingga mengeluarkan darah dan menorehkannya hingga tampaklah tulisan pada kulit binatang itu. Itulah ilmu pusaka tertinggi Sekte Ming: Jurus Membalikkan Langit dan Bumi, yang dapat membuat penggunanya seolah-olah menggunakan jurus lawan untuk mengalahkan lawan tersebut.

Siao Ciao terlihat amat gembira, namun Bu Ki biasa saja, tidak seperti orang yang ketemu harta karun. Kata Bu Ki, apa gunanya jadi orang terhebat kalau kita mati di sini. Siao Ciao makin simpati pada Bu Ki yang tidak rakus. Bu Ki heran bagaimana Siao Ciao bisa tahu bahwa kulit binatang itu harus dibubuhi darah dulu hingga tulisannya muncul? Siao Ciao mengaku ia pernah mendengar Yo Siauw membicarakan itu pada Yo Put Hui, tetapi Yo Siauww tidak pernah berani ke ruang bawah tanah ini karena aturan partai melarangnya.

Bu Ki berujar “Seng Kun bertindak demikian karena wanita, Yo Po Thian juga menjadi begini karena wanita. Masalah besar ini disebabkan cinta mereka pada wanita”. Ia menguburkan tengkorak Yo Po Thian, tetapi menemukan surat untuk istrinya. Bu Ki tidak mau membaca, tetapi Siao Ciao membujuknya, agar kita bisa memberitahu Yo Siauw, katanya. Dalam surat itu tertera bahwa siapa yang berhasil menemukan Gada Api Suci yang merupakan lambang Sekte Ming akan menjadi ketua ke-34. Juga diketahui bahwa Yo Po Thian sebenarnya sudah tahu istrinya berselingkuh dengan Seng Kun, sayangnya istrinya bunuh diri sebelum membaca surat itu. Kalau tidak, perpecahan dalam Sekte Ming mungkin dapat dihindari.

Bu Ki menemukan peta jalan keluar, tapi tentu tak berguna karena jalan keluar sudah ditutup oleh Sengkun. Bu Ki tak mengerti apa yang disebut “Arah Wuwang”. Siao Ciao yang justru menjelaskannya. Tak disangka gadis ini menguasai ilmu formasi dan 8 unsur. Siao Ciao meminta Bu Ki mempelajari Ilmu Membalikkan Langit dan Bumi. Katanya, tentu tak sulit bagi Bu Ki yang sudah punya dasar tenaga dalam tinggi karena ilmu 9 Matahari. Bu Ki heran “Darimana kau tahu aku bisa ilmu 9 matahari?”. Siao Ciao jadi salah tingkah takut penyamarannya ketahuan. Katanya, aku melihatmu menggunakannya. Kata Siao Ciao, satu-satunya cara untuk keluar dari ruangan adalah dengan mempelajari ilmu itu. Bu Ki akhirnya mau. Sebentar saja ia sudah selesai tahap pertama, ditandai dengan mukanya menjadi merah. Kata Bu Ki, keberhasilan mempelajari ilmu ini sangat bergantung pada kemauan hati dan dasar tenaga dalam yang kuat. Ia bisa mempelajari cepat karena kemauannya untuk keluar dari tempat itu amat besar. Iapun lanjut belajar.

Sementara itu keadaan di luar makin hancur dan banyak mayat bergelimpangan. Putri Minmin dan rombongan berpapasan dengan Seng Kun, ia makin curiga pada Seng Kun karena anak buahnya Yu Ci Feng, hilang.

Di pusat kota, In Lee menemui banyak orang-orang yang memanfaatkan kerusuhan ini untuk merampok atas nama Sekte Ming. Ia hendak menghajar orang-orang yang cari untung itu, tetapi Nenek Bunga Emas tiba-tiba muncul di hadapannya. In Lee berterus terang ia kabur untuk mencari Thio Bu Ki. Nenek Bunga Emas tidak marah dan menyuruh In Lee kembali dengannya menuju pulau Es dan Api.

Di ruang bawah tanah, Bu Ki merasa jantungnya berdegup sangat kencang, aliran darah dan tenaga dalamnya seperti diaduk-aduk. Kata Siao Ciao, itulah ciri-ciri orang telah mencapai tahap ke-7. Belum pernah ada yang mencapai tahap itu sebelumnya. Bu Ki merasa tidak enak, bagaimana ia yang orang luar malah mempelajari ilmu itu sampai tahap akhir? Ia kowtow/sujud pada tengkorak Yo Po Thian dan berkata: niat mempelajari ilmu ini adalah untuk keluar dari ruang bawah tanah, bukan mau mencuri pusaka Sekte Ming. Ia berjanji, jika ia berhasil keluar, ia akan menggunakan ilmu pusaka itu sebaik-baiknya agar berguna bagi Sekte Ming.

Walau sudah mencapai tahap 7, ada beberapa kalimat yang Bu Ki tidak mengerti. Siao Ciao memperhatikan baris kalimat tersebut dan berkomat-kamit seolah sedang menghafalnya. Bu Ki mulai mencoba meruntuhkan tembok batu, akhirnya merekapun dapat keluar.

Sekali merasakan kebebasan, Bu Ki merasa tidak mau lagi menyia-nyiakannya. Siao Ciao juga tersenyum bahagia. Ketika di dalam gua hanya dengan penerangan lilin, Bu Ki melihat wajah Siao Ciao amat cantik. Sekarang matahari menyinari wajah gadis ity yang tersenyum, makin terlihat kecantikannya, sampai Bu Ki melongo memandanginya "Kamu cantik sekali" katanya. Ia meminta Siao Ciao tidak pura-pura bungkuk dan menyamar lagi. Katanya, ia belum pernah melihat kecantikan seperti Siao Ciao, hidungnya terlihat lebih mancung dibandingkan wanita Cina Pusat. Kata Siao Ciao ia memang berasal dari wilayah barat. Namun menurut Siao Ciao, gadis-gadis Cina Pusat malah lebih cantik daripada di tempat asal dia.

Di luar, petinggi Sekte Ming sudah terkepung oleh pesilat 6 perguruan. Sungguh jumlah yang tak seimbang, namun mereka telah sepakat untuk berduel secara aturan dunia persilatan. Elang Alis Putih yang terlambat datang menjadi satu-satunya orang Sekte Ming yang tidak terluka. Kini ia sedang pi bu (adu silat) dengan Bo Sheng Kok – murid ke-7 atau murid termuda Butong, disaksikan oleh semuanya. Bo Sheng Kok berkata, Elang Alis Putih adalah satu-satunya yang tidak terluka, sebaiknya ia mengalah. Elang Alis Putih malah tak mau bertarung, mengingat persaudaraan Butong dan Partai Elang Langit melalui pernikahan Thio Cui San dan In So So. Tetapi Bo malah teringat bahwa kakak ke-5 nya Thio Cui San dan kakak ke -3 Ji Tay Giam celaka karena ulah In So So. Elang Alis Putih bersikeras ia telah berjanji pada Thio Sam Hong untuk tidak menghunus pedang lagi sejak peristiwa kematian Thio Cui San dan In So So. Bo tetap memaksanya bertarung. Bo berhasil melukai Elang Langit, tetapi Elang Langit juga mencengkram leher Bo di titik vital. Bo sadar ternyata Elang Langit bermurah hati, padahal kalau jurus Cengkraman Elang itu disertai dengan tenaga dalam yang serius, ia akan cacat seumur hidup akibatnya.

Song Wan Kiauw maju, ia hendak mengobati luka Elang Langit. Dari kejauhan Bu Ki senang, berharap paman gurunya itu akhirnya mau berdamai. Tetapi usai memberi obat, Song Wan Kiauw malah mempersilakan Elang Langit kembali berkelahi. Saat itulah Bu Ki maju dan berseru "Berhenti! Tak adil menyerang orang yang sudah terluka!"

Para pendekar pun bingung kenapa anak muda ini berani menentang pertempuran. Sebagian mengenalnya Thio Bu Ki sebagai Chan A Gu, nama samarannya. Yo Put Hui gembira dan mengenalinya sebagai Thio Bu Ki, ia hanya bingung soal wanita cantik di sisi Bu Ki. Yo Siauw tak begitu gembiar karena mengira Bu Ki pasti membela Butong.

Song Wan Kiauw mengenali Bu Ki sebagai Chan A Gu yang menahan pukulan Biat Coat. Pada dasarnya murid pertama Butong itu juga berjiwa satria, Song Wan Kiauw akhirnya menurut mundur karena tak mau bertanding dengan orang terluka. “Partai Elang Langit dan Butong tidak ada dendam, lagipula Partai Elang Langit adalah pecahan Sekte Ming, jadi tidak ada hubungannya” kata Song Wan Kiauw.

Namun Elang Alis Putih berkata, walau ia keluar dari Sekte Ming mendirikan partai sendiri, tapi ia tak mau diam melihat Sekte Ming dikeroyok. Song Wan Kiauw tetap tak mau melanjutkan duel dan meninggalkan arena.

Melihat sikap Butong melunak, Biat Coat segera meminta Biksu Kongwen dari Shaolin untuk mengambil tindakan tegas. Kecapi Besi dari Kunlun berkata, jika dibiarkan hidup, orang aliran sesat akan tetap berbuat kejahatan lagi. Lebih baik sekalian dimusnahkan sekarang. Kong Wen setuju.

Orang-orang Sekte Ming yang terkepung menyerukan "semboyan" sekte mereka bersama-sama:

Api nan suci, Membakar ragaku.
Hidup apa senangnya, Mati apa susahnya
Untuk kebaikan, menyingkirkan kejahatan.
Guna kegemilangan Aliran Ming.
Kesenangan dan kedukaan, Semua berpulang kedalam tanah.
Kasihan manusia didalam dunia, Banyak yang menderita!
Kasihan manusia didalam dunia, Banyak yang menderita!"

Ucapan ini sedikit membuat merinding yang mendengarnya. Dari Yo Siauw yang berkedudukan paling tinggi sampai pegawai dapur yang berkedudukan paling rendah sedikitpun tidak mengunjuk rasa takut, suara mereka lantang dan sikap merekapun angker. Dari semboyan ini justru terlihat, ajaran Sekte Ming sebenarnya baik, mengajarkan tidak takut mati, hidup adalah hanya permainan senang dan duka, semuanya akan berakhir di kubur, maka hidup penuh derita tak apa, asal sudah berjuang menyingkirkan kejahatan.

Kecapi Besi mulai maju dan siap menyerang Elang Alis Putih. Bu Ki menghadangnya, katanya “Kamu tak malu menyerang orang terluka?” Kecapi Besi kesal dan memukul Bu Ki, ia tak menyangka anak itu dapat menghindar. Ia bersama rekannya menyerang Bu Ki bersama-sama, namun tak dapat mengalahkan Bu Ki.

Semua orang terkejut dan berpandangan. Siapakah anak muda ini?Mengapa ilmunya begitu hebat? Bu Ki menghampiri ElangAlis Putih untuk meredakan lukanya dengan tenaga dalam. Elang Alis Putih kaget menerima hawa murni dari Bu Ki yang langsung membuat tubuhnya sedikit mendingan.

Elang Alis Putih langsung maju lagi, katanya “Kita sudah berjanji akan bertanding sesuai peraturan dunia persilatan (satu lawan satu). Aku sudah merasakan pedang Kunlun, sekarang siap menerima yang lainnya. Kata Biksu Kongwen “Anggota 6 perguruan, Kita harus memegang janji kita. Jumlah kita lebih banyak, namun wakil dari kita akan melawan wakil mereka satu persatu”

Wakil dari Partai Kongtong maju siap melawan.Namun Bu Ki maju hendak menggantikan karena Elang Alis Putih belum pulih benar, tapi ditolak. Bu Ki tidak ada hubungannya dengan Sekte Ming, kenapa harus mengorbankan diri? katanya. Kata Bu Ki, ia sangat mengagumi sikap dan ilmu Elang Alis Putih . Tak terpikir bahwa Bu Ki adalah cucunya sendiri, Alis Putih berkata, “Tenaga dalammu jelas lebih hebat dari aku. Tetapi aku jelas tidak mau membiarkanmu berduel dua kali berturut-turut dan mati untuk Sekte Ming”

Melihat mereka berbincang akrab, partai Kongtong tertawa mengejek, “Sudah selesai ngobrolnya?” Elang Alis Putih emosi hendak menyerang namun lukanya masih sakit. Bu Ki berkata, “Ilmu dia jauh di atas kalian dan dia bukan tandingan kalian, ia memintaku untuk maju. Kalau kalian bisa mengalahkanku itu artinya baru kalian layak melawan Elang Alis Putih” bela Bu Ki.

Kongtong mencibir. “Kamu siapa, belum pernah merasakan jurus tinju Qishang ya?”. Bu Ki malah menjawab dengan menguraikan teori tinju Qishang
“5 elemen dalam tubuh, jantung adalah hati. Paru-paru adalah logam, ginjal adalah air, limpa adalah tanah, hati/liver adalah kayu. Digabung dengan tenaga ying dan yang, semuanya akan menyebabkan 7 luka dalam. Makin tinggi tingkatan, makin parah kerusakan organ. Melukai diri sendiri, sebelum melukai orang lain

Orang Kongtong kaget, 5 orang langsung maju melawan Bu Ki dengan 5 tinju, tetapi Bu Ki malah menyambutnya. Semua orang melihat bahwa tinju itu disertai dengan tenaga dalam yang sangat tinggi. Tapi begitu menyentuh tubuh si pemuda, semua tenaga dalam amblas bagaikan batu yang masuk ke dalam lautan. Yo Siauw mengenali jurus Bu Ki adalah jurus Membalikkan Langit dan Bumi. Heranlah ia, bagaimana Bu Ki bisa mempelajari itu? Dan mengapa bisa amat cepat, sedang untuk mempelajari itu butuh dasar tenaga dalam yang kuat!

Biksu Yuanyen dari Shaolin maju ke hadapan Bu Ki. Melihat wajah si Biksu, timbul dendam dalam diri Bu Ki, ingat bagaimana Biksu ini menuduh ayahnya membunuh orang Biro Pengawal Long Men dan mendesak kedua orang tuanya hingga bunuh diri. Tapi ia buru-buru menenangkan diri sendiri: Ingat Bu Ki, dendam pribadi jangan sampai didahulukan! Ingat tujuan utamamu, mendamaikan Sekte Ming dengan 6 Perguruan ini!

Biksu Yuanyen bertanya dengan kasar "Siapa yang menyuruh kamu datang ke sini?" Ia mengira di balik sikap berani Bu Ki, pasti ada dalangnya. Bu Ki berterus terang, ia hanya menginginkan kedua pihak berdamai. Tidak disuruh siapapun. “Selamanya golongan lurus tak akan kompromi dengan golongan sesat. Kamu bukan golongan sesat, lebih baik minggir!” seru Biksu Yuanyen.

Bu Ki ingin membongkar kedok Seng Kun yang menyamar jadi Biksu Yuan Ching, tapi Seng Kun tidak terlihat di situ. Ia meminta Shaolin memanggil Biksu Yuan Ching agar perkaranya jadi jelas. Namun biksu Yuanyen malah menuduh Bu Ki licik. “Sudah tahu Yuan Ching mati, kenapa pilih orang mati untuk jadi saksi? Kenapa tidak sekalian minta Thio Cui San dari Butong yang keluar untuk menjelaskan?” katanya.

Song Wan Kiauw mulai marah mendengar adik seperguruannya Thio Cui San dihina “Jaga mulutmu, Biksu!” katanya. Bu Ki pun marah ayahnya dihina "Jangan pernah berani menghina pendekar Thio!” bentaknya. Biksu Yuanyen tertawa mencibir .“Huh, sudah rahasia umum bahwa Thio Cui San tidak tahan godaan wanita cantik dari aliran sesat, sampai mau menikahinya!” Bu Ki tak tahan lagi, iapun maju mengarahkan tinju pada Sang Biksu.

thanks buat admin pendekar pemanah rajawali versi terbaru


Tidak ada komentar:

Posting Komentar