Rabu, 18 April 2012

Sinopsis To Liong To 2003 episode 17

Setelah sampai di lorong rahasia, Thio Bu Ki meminta para anggota dan petinggi Sekte Ming memulihkan diri masing-masing dan saling membantu. Bu Ki sendiri menghampiri Raja Kelelawar yang langsung kowtow/sujud padanya minta maaf karena telah menjatuhkannya ke jurang. Kata Bu Ki, justru karena ia jatuh ke jurang maka bisa menemukan kitab 9 Yang dan menjadi seperti sekarang. Bu Ki menanyakan tentang In Lee. Raja Kelelawar menjawab In Lee masih hidup karena ia tak mau menghisap darah cucu In Thian Ceng (Raja Elang Langit) itu. Bu Ki lega mendengarnya.

Di atas, Bu Lie dan putrinya (keturunan Bu bersaudara/Bu Samtong yang jahat pada Thio Bu Ki) datang dan hendak menyerang namun tidak menemukan satupun anggota Sekte Ming.

Bu Ki telah selesai mengobati Raja Kelelawar. Iaberkata, kelak Raja Kelelawar tak perlu lagi menghisap darah manusia. Bu Ki meminta Yo Put Hui agar melepaskan rantai di kaki Siao Ciao. Kata Yo Put Hui, kunci rantai tersebut tertinggal di kamarnya. Yo Siauw menyuruh Yo Put Hui mengambilnya. Bu Ki meminta Siao Ciao ikut. Yo Siauw meminta Bu Ki agar waspada terhadap Siao Ciao. Bu Ki berkata, memang Siao Ciao aneh, sempat menyembunyikan wajah asli, tetapi yang aku tahu perhatiannya padaku adalah tulus. Siao Ciao dan Put Hui masuk kamar Put Hui melalui jalan rahasia. Mereka sangat terkejut ketika melihat kamar itu kosong, tidak ada yang tersisa. Nampaknya, rantai dikaki Siao Ciao tidak dapat dilepaskan selamanya.

Tiba-tiba Bu Lie datang dan menyerang Put Hui. Siao Ciao yang mengaku tidak bisa kungfu terpaksa hanya menjauh. Namun nyawa Put Hui terancam, maka Siao Ciao mencengkram Bu Lie dari belakang dan menyuruh Yo Put Hui pergi. Bu Lie akhirnya tewas. Put Hui amat terharu, ia menyesal terus mencurigai Siao Ciao, buktinya gadis pelayan itu mau berkorban untuknya. Ia minta maaf dan minta Siao Ciao memanggilnya kakak. Siao Ciao masih menolak, ia tetap memanggil Nona majikan. Mereka kembali ke lorong rahasia. Bu Ki mencoba melepas rantai di kaki Siao Ciao dengan tenaganya, namun rantai itu terbuat dari bahan yang kuat sekali. Menurut Yo Siauw, rantai itu dibuat leluhurnya dengan materi yang berasal dari batu meteorit yang jatuh ke bumi.

Bu Ching Eng, putri Bu Lie masuk ke kamar Put Hui namun menemui ayahnya sudah tak bernyawa.

Nenek Bunga Emas/Kim Hoa dan In Lee telah sampai di Pulau Es dan Api. Sampai di sana, Singa Emas menghadang mereka. Ia langsung mengenali suara Nenek Bunga Emas. Singa Emas bertanya maksud kedatangannya. Ia juga bertanya kabar saudara angkatnya Thio Cui San dan In So So. Alangkah terkejutnya Singa Emas, mendengar cerita Nenek Bunga Emas bahwa mereka telah mati bunuh diri 10 tahun lalu. Singa Emas sangat marah mendengar kenyataan pahit tersebut. Nenek Bunga Emas mencoba membujuk Singa Emas agar dia membalas dendam pada orang-orang yang telah mendesak saudara angkatnya itu mati bunuh diri. Singa Emas kemudian bertanya tentang anak angkatnya, Thio Bu Ki. Nenek Bunga Emas bercerita tentang Bu Ki yang malang. Thio Bu Ki, selain menyaksikan orang tuanya bunuh diri, di usia sekitar 10 tahun sakit parah terkena Tapak Es. Ia dibawa kakek gurunya ke Lembah Kupu-kupu untuk berobat. Di sanalah Nenek Bunga Emas bertemu dengan Bu Ki, namun setelah itu ia tidak tahu lagi nasibnya. Singa Emas menangis mendengarnya. In Lee ikut bercerita, waktu itu In Lee ingin memaksa Bu Ki ke Pulau Ular untuk berobat. Namun Bu Ki tak mau dan menggigitnya, bekas gigitan Bu Ki itu masih ada di lengannya. Singa Emas meminta In Lee mengulurkan tangannya agar ia dapat meraba bekas luka In Lee dan mengenali struktur gigi anak angkatnya. Nenek Bunga Emas berkata, ia sudah menyampaikan kabar terakhir dunia persilatan serta tentang Bu Ki. Kini ia ingin Singa Emas memberikan Golok Naga pada dirinya. Singa Emas menolak, baginya, golok itu sudah seperti satu-satunya teman yang menemani kesendiriannya. Nenek Bunga Emas terus membujuk, akhirnya mereka sepakat, bila Nenek Bunga Emas bisa mempertemukan Singa Emas dengan Bu Ki, maka Golok Naga menjadi miliknya.

Chang Ie Chun menghampiri Bu Ki dan memberi hormat. Namun,Bu Ki tidak mau di hormati sebagai ketua. Ia sudah menganggap Chang sebagai kakaknya sendiri sejak mereka bertemu di Lembah Kupu-kupu dulu. Bu Ki pergi ke Puncak Guangming untuk memeriksa keadaan. Ternyata banyak orang-orang yang menjarah di sana. Di tengah-tengah mereka Bu Ki mengenali Bu Ching Eng putri Bu Lie. Ia menghampiri Bu Ki, dan mengira Bu Ki saudara seperguruan sekaligus kekasihnya, Wei Bi yang telah tewas. Ternyata ia telah gila karena kekasih dan ayahnya telah tewas.

Para anggota Sekte Ming menyusul Bu Ki. Yo Siauw memerintahkan anggotanya untuk memenggal kepala penjarah itu. Namun Bu Ki mencegahnya. Ia hanya meminta mereka menyerahkan senjata dan pergi. Semua anggota tunduk pada Ketua Baru mereka. Ia meminta semuanya agar berjanji tidak membunuh orang tak bersalah dan tidak bertikai sesama anggota. Elang Langit kini telah bersatu kembali dengan Sekte Ming. Agenda besar Bu Ki adalah memperbaiki reputasi Sekte Ming yang rusak di dunia persilatan. Ia menentukan ada dua hal mendesak yang harus dilakukan, pertama menemukan Singa Emas, karena amanat Leluhur Yo Po Thian, Singa Emas adalah Ketua Sekte Ming selanjutnya. Kedua, siapapun yang menemukan Gada Api Suci berhak menjadi Ketua ke-34. Namun Raja Kelelawar protes. Katanya, ilmuku jauh dibawah Ketua, nah apabila aku kebetulan menemukan gada api, apakah selanjutnya aku langsung jadi ketua? Tentu saja tidak. Semua sepakat, bahwa gada api harus ditemukan tetapi Ketua tetap Thio Bu Ki, karena ilmunya lebih tinggi dari mereka. Bu Ki tak bisa menolak lagi. Ia kembali pada hal pertama yaitu menjemput Singa Emas di Pulau Es dan Api. Seluruh rombongan ingin ikut bersama Bu Ki, tetapi Bu Ki minta hanya tim kecil saja, sebagian harus membangun kembali markas yang hancur. Akhirnya Yo Siauw, Put Hui, dan Raja Kelelawar yang menyertai Bu Ki.

Di luar, Siao Ciao sedang bersedih. Bu Ki mengira karena rantai yang tak bisa dibuka, maka Bu Ki berjanji jika ia sudah berhasil menjemput Singa Emas, ia akan meminjam golok naga untuk memutus rantai itu. Padahal, Siao Ciao bersedih karena ia ingin terus bersama Bu Ki, ikut ke Pulau Es dan Api. Tapi ia tidak bilang.

Esoknya Bu Ki dan rombongan memutuskan untuk beristirahat di hutan. Mereka mendengar suara gemerincing rantai. Ternyata, Siao Ciao yang datang diam-diam. Ia meminta Bu Ki agar ia diizinkan ikut bersamanya. Bu Ki pun menyanggupi. Tiba-tiba, datang rombongan murid perguruan Go Bi yang mengaku mencari guru mereka Biat Coat. Mereka berkata Go Bi ada pertemuan, tetapi sejak dari Puncak Guangming, Biat Coat tidak muncul. Padahal kata Bu Ki, Biat Coat telah pulang sepuluh hari yang lalu. Merekapun pergi. Bu Ki dan rekannya mencurigai ada sesuatu yang tak beres. Bagaimana Biat Coat bisa melupakan janji pertemuan?

Di sepanjang perjalanan, bergelimpangan mayat-mayat dari berbagai aliran partai. Termasuk Kunlun dan Shaolin. Robongan Bu Ki tadinya curiga ada yang menghajar mereka atas nama Sekte Ming, setelah mereka pergi dikalahkan Bu Ki 10 hari lalu. Di antara mereka ada murid ke-6 Butong, In Li Heng yang terluka parah. Tulangnya patah semua kena jurus Shaolin, persis sama dengan murid ke-3 Butong Ji Tay Giam yang dulu juga patah tulang dan menjadi cacat (Episode 1). Bu Ki minta pamannya mengingat-ingat siapa yang menyerangnya. Kata In Li Heng, keadaan gelap hinga sulit mengenali, tetapi aku yakin sekali ia berkepala botak. Mereka memutuskan untuk mengobati paman ke-6 dulu.

Bu Ki meminta Yo Put Hui meramu obat atas resep yang diberikannya. Walau obat itu tidak dapat menyembuhkannya tapi dapat meredakan sakitnya. Yo Put Hui sangat iba melihat keadaan In Li Heng. Katanya “Paman In sudah cukup menderita. Ia sudah terluka hati karena ibuku mengkhianati pertunangan mereka, hingga melahirkan aku. Sekarang ia harus terluka parah bahkan terancam cacat seumur hidup. Sungguh, ia tak layak mendapatkan penderitaan terus menerus” tangis Put Hui. Bu Ki memikirkan kata-kata Yo Put Hui itu. Ia pun ikut sedih, ia bertekad mengusut ini sampai tuntas. Ia yakin orang yang menyerang pamannya dari Shaolin, tapi di lain pihak ia dilema karena tidak mau balas dendam. Ia mengajarkan orang Sekte Ming untuk tidak balas dendam dan mencari keributan, tetapi ia pribadi sangat ingin mengusut tuntas orang yang melukai pamannya ini. Ia ingin mewujudkan perdamaian, namun pamannya sungguh tidak pantas menderita. Yo Put Hui datang dan menyuapi obat pada In Li Heng. In Li Heng yang baru setengah sadar, mengira Put Hui adalah Kee Siao Hu, ibu Put Hui sekaligus mantan tunangan yang amat dicintainnya. Ia memintanya untuk mendampinginya selamanya dan jangan meninggalkannya. Yo Put Hui amat sedih melihatnya, namun mengiyakan saja sambil menyuapi obat ke mulut In Li Heng.

Thio Bu Ki menemui Yo Siauw dan Raja Kelelawar, ia berkata akan mengubah rencana, yaitu lebih dulu pergi ke Shaolin untuk mengobati paman ke-6, sebelum ke Pulau Es dan Api.

Di tempat lain, Putri Minmin memandangi Pedang Langit dan mencobanya. Ternyata pedang itu sangat kuat dan dapat meruntuhkan meja batu di depannya. Ia amat senang. Ia dan Pangeran Kecil kemudian mendapat panggilan untuk menemui pangeran ke-7 karena ibunda Pangeran Kecil sedang sakit. Pangeran ke-7 meminta Minmin dan Pangeran Kecil segera menikah, agar ibundanya yang sakit sempat melihat cucu. Minmin tidak gembira atas perintah ini, iapun memutuskan untuk pergi dari istana. Di pasar, di tempat perhentian Bu Ki dan rombongan, seorang wanita dianiaya segerombolan lelaki. Bu Ki langsung berniat menolongnya. Namun Raja Kelelawar melarangnya, takut itu jebakan. Ternyata Minmin yang menyamar sebagai pemuda datang menolong wanita tersebut. Bu Ki mengenali pedang yang dibawa Minmin adalah pedang langit. Iapun kaget. Kenapa pedang langit milik Ketua Go Bi bisa ada pada ‘pemuda’ itu?

Rombongan Bu Ki sampai di Butong, mereka mengintip dan melihat Biksu Kongxiang dari Shaolin memasuki gerbang Butong. Apa maksud sang Biksu, dan siapakah dalang yang menghancurkan Shaolin dan Butong atas nama Sekte Ming?








Tidak ada komentar:

Posting Komentar