Selasa, 24 April 2012

Sinopsis To Liong To 2003 episode 25

Di kediamannya, Pangeran Ruyang memeriksa barang-barang yang dibawa Tio Beng. Ia menemukan banyak pakaian, perhiasan, dan uang yang dibawa oleh Tio Beng. Pangeran Ruyang tahu kalau Tio beng akan pergi dengan Thio Bu Ki dan bertanya kemana mereka akan pergi, tapi Tio Beng tak mau mengatakannya. Pangeran Ruyang menasehati Tio Beng bahwa pernikahannya dengan pangeran kecil Zhayadu sudah dekat, tapi Tio Beng masih ingin pergi jauh. Tio beng keberatan, tapi ia tak bisa protes karena ia telah gagal menjalankan misi menghancurkan sekte Ming, membiarkan 6 partai besar kabur, bahkan membakar Kuil Wan An. Pangeran Ruyang minta Tio Beng hanya perlu mempersiapkan pernikahannya, sedangkan misi penghancuran sekte Ming dan 6 partai besar akan ditangani oleh Pangeran Ruyang.
Tio Beng kesal dan menutup pintu. Tak disangka Bu Ki sudah ada di balik pintu dan mendengarkan semuanya. Ia hanya datang untuk menjelaskan bahwa ia tidak ingkar janji, ia hanya terlambat. Tio beng senang karena demi menjelaskan itu padanya, Bu Ki mengambil resiko masuk ke istana Ruyang yang berbahaya. Tio beng kemudian mengambil sedikit pakaian dan uang yang banyak. Bu Ki heran Tio beng mau kemana, tentu saja ke Pulau Es dan Api. “Lalu bagaimana dengan pernikahanmu?”. Tio beng tak mau menikah dan ia minta Bu Ki jangan ikut campur urusannya.
Siao Ciao menunggu Bu Ki diluar penginapan, saat Bu ki dan Tio Beng datang ia berkata bahwa Song Cengsu terus mencari Ci Jiak dan Siao Ciao tak bisa menahannya. Bu Ki berkata bahwa Cengsu sangat setia pada Ci jiak dan Tio beng malah berkata perasaan bu ki sangat rumit. Mereka melanjutkan perjalanan sebelum Pangeran Ruyang tahu Tio beng minggat dan menutup seluuh gerbang.
Di tengah jalan, mereka melihat murid Gobi menuju suatu tempat, karena takut terjadi apa-apa, Bu ki memutuskan mengikuti mereka. Dari tebing yang lebih tinggi, Bu ki, Tio Beng, dan Siao Ciao mengintip murid aliran Gobi yang dihadang oleh Nenek Kim Hoa dan In A Li.
Bu ki begitu senang bisa melihat A Li/Chu Jie lagi, sedangkan Siao Ciao terkejut melihat ibunya dan berbalik agar tak dikenali. Tio beng bertanya siapa Chu jie. Bu Ki menjelaskan bahwa Chu Jie adalah A li, adik sepupunya, ternyata ia kembali ke nenek Kim Hoa lagi. Teng Binkun bertanya mengapa nenek menghadang aliran Gobi. Nenek Kim hoa ingin bertemu pendeta Biat Coat, tapi Binkun memberitahunya Biat Coat sudah mati. Nenek Kim Hoa terkejut, sampai batuk-batuk, ia bertanya bagaimana Biat Coat bisa mati. A Li khawatir dan membentak murid Gobi yang tak menjawab pertanyaan nenek. Semua murid bungkam. Ia mengaku kalau ia hanya pernah kalah sekali saat melawan Biat Coat, karena Biat Coat memiliki pedang langit, sekarang, ada yang meminjaminya golok pembunuh naga. Bu ki mengira itu ayah angkatnya, ia hampir loncat tapi ditahan Tio Beng.
Teng Binkun menyombong kalau gurunya akan tetap menang melawan nenek Kim hoa. Nenek Kim Hoa yang tersinggung menampar Binkun. Kakak seperguruan Bin Kun maju da membela Bin kun. Nenek Kim Hoa kemudian bertanya siapa ketua baru karena ia ingin bertarung, ia kemudian menghina Biat Coat pendekar besar yang tak punya penerus. Kakak seperguruan Bin Kun tadi, Ceng hun maju, nenek Kim hoa bertanya apakah ia ketua baru. Ceng Hun menjelaskan bahwa ketua baru adalah Ciu Ci Jiak, tapi para murid tidak puas dan belum mengangkat ketua baru sehingga nenek belum bisa bertarung, dan Ci Jiak pergi melaksanakan tugas Gobi. Nenek Kim hoa tidak mau kedatangannya sia-sia dan ingin bertarung dengan semua murid partai Gobi. Tapi kemudian Ciu Ci Jiak datang dan maju menghadapi Nenek Kim hoa sebagai ketua. Tio beng berkata bahwa Ci Jiak sudah masuk perangkap, sedangkanTeng Binkun tidak terima bahwa Ci Jiak datang lagi dan mengaku-ngaku ketua. Tapi A Li membela Ci Jiak dan mengejek Teng Binkun yang tak pantas jadi ketua. Binkun marah dan menusuk A li.
Ciu Ci Jiak menghentikan kakaknya, Binkun mengejek A Li yang membela Ci Jiak. Nenek Kim Hoa menyerang dan mencekik Bin Kun dan apa A Li sudah paham cara mengalahkannya? A Li sudah paham dan akan menyerang, tapi dihentikan Ci Jiak. Menurut A Li mengapa Ci Jiak membela orang yang bermulut tajam ini, tapi Ci Jiak tidak mau orang lain mencampuri urusan partai Gobi. Nenek mendorong Binkun dan memuji Ci Jiak. Nenek batuk-batuk dan A Li khawatir, lalu memberi obat. Menurut nenek, Ci Jiak tidak punya kemampuan, jadi ia ragu dan meminta bukti. Ci jiak berkata cincin ketua, tapi nenek tidak melihat Ci Jiak memakai cincin ketua. A Li sadar bahwa Binkun memakai cincin ketua dan minta nenek membunuhnya saja. Nenek mendekati Binkun yang ketakutan dan berkata bahwa ia bukan ketua, tapi Ci Jiak, lalu melempar cincin ketua pada Ci Jiak. Nenek memuji Biat Coat yang pintar memilih penerus, karna meskipun kungfunya rendah, tapi sifatnya keras seperti Biat Coat, dan kungfunya masih bisa dilatih. Ceng Hun membela Ci Jiak tapi nenek dengan cepat menotok mereka semua. Nenek menyombong bahwa ia lebih hebat dari Gobi, tapi Ci Jiak berkata Nenek pernah kalah oleh Biat Coat. Nenek menyangkal karena waktu itu Biat Coat memiliki pedang langit, tapi sayang sekarang Biat Coat sudah meninggal. Ci Jiak berkata di masa depan kungfu Gobi akan lebih pesat, nenek pun pamit dan akan menunggu Ci Jiak siap untuk bertarung.
Nenek pergi tanpa melepas totokannya, dan Ci Jiak minta totokannya dilepas,tapi Nenek mengajukan suatu syarat, jika nanti partai Gobi bertemu nenek atau A Li lagi, mereka harus sembunyi. Ci Jiak keberatan karena itu akan mempermalukan Gobi. Lalu nenek mengajukan syarat lain yaitu menyerahkan pedang langit, tapi pedang langit direbut oleh Mongol saat mereka ditahan. Nenek mengatakan syarat lainnya, nenek akan melepaskan semuanya jika Ci Jiak mau makan racun. Ci Jiak memandang semua murid Gobi dan mengambil racunnya. Bu ki ingin menolong, tapi ditahan oleh Tio Beng karena itu racun palsu. Nenek memuji Ci Jiak dan minta Ci Jiak mengikutinya, siapa tau ia akan memberikan penawar. Nenek minta A Li melepas totokan semua murid Gobi, A Li kemudian menyarankan Ci jiak mengikuti nenek karena mereka tak akan menyakiti Ci Jiak. Ci jiak mau mengikuti nenek. Binkun mengatai Nenek, tapi A Li menamparnya. Saat Ci Jiak pergi, semua murid Gobi menghormat dan memanggilnya ketua, kecuali Binkun. Bu Ki akan menyusul, tapi Tio Beng berkata bahwa Ci Jiak pasti baik-baik saja, lebih baik cepat ke pulau es dan api, karena mereka pasti kesana dan nyawa Cia Sun terancam. Bu Ki mengerti dan mengikuti Tio Beng.
Di kediaman pangeran Ruyang, pangeran ke 7 datang berkunjung. Pangeran Ruyang memastikan Tio Beng tidak kabur, tapi pangeran ke 7 tahu bahwa Tio Beng kabur dengan Thio bu Ki sejak 3 jam yang lalu. Pangeran Ruyang meminta bantuan pangeran ke 7, tapi pangeran kecil dan Tio beng belum resmi menikah, jadi ia tak bisa membantu. Pangeran ke 7 kemudin memberikan waktu satu hari pada pangeran Ruyang untuk menemukan Tio Beng, jika tidak, ia akan melakukan tugasnya.
Tio beng kelelahan dan minta istirahat. Sepanjang pejalanan, Ci jiak meninggalkan jejak, tapi diketahui oleh Nenek dan A li, A Li bertanya siapa mereka, Ci Jiak memberitahu,Thio buki, Siao Ciao dan Tio Beng. Nenek senang karena Bu Ki meupakan kunci mendapatkan golok pembunuh naga. Thio Buki, Siao Ciao, dan Tio Beng sampai di tepi pantai dan beristirahat disana. Karena cuaca yang panas sekali, Tio Beng mencuci kakinya di air. Siao Ciao menemukan kain yang ditinggalkan Ci Jiak, Tio beng memuji Ci Jiak pintar karena meninggalkan jejak. Bu Ki mengeluarkan sapu tangan yang diberikan Ci Jiak padanya, melihat itu, Tio Beng meminjamnya dan pura-pura menjatuhkannya ke air, spontan Bu Ki melompat ke air menangkap saputangan itu. Tio beng jadi cemburu, “Aku membencimu!” katanya pada Bu Ki sambil memainkan kakinya di air. Membuat Bu Ki mengingat saat ia mengelitik kaki Tio beng di jebakan itu, sehingga Bu Ki memandang Tio Beng dengan tatapan penuh makna. Tio Beng risih ditatap sepeti itu oleh Bu ki dan membetulkan cara duduknya. Siao Ciao tersenyum simpul sedikit cemburu, kemudian memanggil Bu Ki dan mengelap Bu ki yang basah kuyup. Tio beng memakai kembali sepatunya dan berkata ia lapar lalu pergi disusul Bu ki dan Siao Ciao. Mereka makan di kedai dan ditraktir Tio Beng yang memesan banyak makanan. Siao Ciao mengambilkan lauk kesukaan Bu ki. Tio Beng cemburu lagi dan berkata bahwa ia yang bayar makanannya (gak ikhlas banget sih)
Bu Ki tidak suka perkataan Tio Beng dan pergi mengganti bajunya. Tio Beng kesal dan melampar sumpitnya. Siao ciao bertanya apa Tio Beng marah pada Bu Ki. Tio beng kesal bukan karna Bu Ki, tapi ia tak habis pikir harus cemburu pada Siao Ciao yang Cuma pembantu.Lalu tio Beng bertanya :
“Apa wanita bangsa Han amat kolot? Setahuku wanita bangsa Han jangankan disentuh laki-laki, dilihatnyapun berarti itu sudah jadi miliknya, iya kan? (maksudnya Tio beng, kalo nggak salah, Bu Ki sudah jadi miliknya karena Bu Ki pernah megang kakinya)
“Harusnya begitu”Tio beng makin kesal karena ia baru sadar kalau Siao ciao bukan wanita Han dan sia-sia ia bertanya. Siao ciaopun hanya tersenyum.
Tio Beng kemudian bertanya apa Bu Ki bercerita pada Siao Ciao tentang dirinya. Siao Ciao bilang kalau Bu Ki bercerita bahwa Tio Beng sangat licik, pintar dan banyak akal. Tapi Tio Beng sudah tahu itu, ia ingin tahu apa Bu Ki menyukainya?Di hati Buki mana yang lebih penting, dia atau Ci Jiak? Siao Ciao menebak Tio Beng menyukai Bu ki. Tio Beng jujur pada Siao Ciao, jika ia tak menyukai Bu Ki mana ia peduli Bu ki mati berapa kali, Tapi Siao Ciao hanya menunduk. Tiba-tiba pasukan Mongol dipimpin Hong Popo/Koke Taermur datang ke kedai itu, tapi mereka tak menemukan Tio Bu Ki. Kemudian, Koke minta adiknya Tio beng untuk pulang demi ayah mereka, tapi Tio Beng tidak mau. Koke masih membujuk, tapi Tio Beng minta jangan menyulitkannya karena ia yakin pangeran ke 7 tak akan mencelakai ayahnya. Koke tak sabar lagi dan menyerang Tio beng, untung Tio Beng tangkas menggunakan pedang langit hingga tangan Koke terluka. Melihat ia mengacungkan pedang pada leher kakanya, Tio Beng minta maaf dan mengajak Siao Ciao pergi. Mereka akan dikejar tapi Koke menghentiikan pasukan. Koke tahu adiknya sangat keras kepala dan tidak bisa dibujuk. Tio Beng masih berlari dan tak menyadari Siao Ciao menghilang. Buki bertanya dimana Siao Ciao? Tapi Tio beng tidak tahu karena Siao ciao tadi mengikutinya dari belakang.
Ternyata Siao Ciao sedang diinterogasi oleh ibunya, nenek Kim Hoa. Nenek kim Hoa bertanya dimana Kitab Memindahkan Langit dan Bumi yang ia perintahkan untuk dicari, Sia Ciao sudah sebulan disana tapi tak menghasilkan apa-apa, malah membantu Bu ki menjadi ketua sekte Ming. Nenek kemudian bertanya apa Siao Ciao menyukai Bu Ki, tapi Siao Ciao diam saja. Nenek kemudian memberikan Bubuk pelemas tubuh agar diberikan pada Bu Ki, agar mudah menipu Singa Emas Cia Sun dan mendapatkan golok pembunuh naga. Jika Siao ciao tak melakukannya, maka tak perlu menemui Nenek lagi. Siao Ciao pun pergi. Saat A li bertanya tentang Siao Ciao, nenek menyuruhnya tak usah ikut campur. Nenek kemudian memutuskan menginap, karena hari sudah malam.
Saat siao Ciao tiba, Buki langsung bertanya ia darimana saja. Siao Ciao mengaku tersesat dan bertanya apa Bu Ki mengkhawatirkannya. Tio Beng menyela, “Tentu saja, ia khawatir sampai keringatan,” Siao Ciao senang karena Bu Ki mengkhawatirkannya. Tio Beng kemudian mengajak mereka mencari penginapan.
Di penginapan, Siao Ciao membuatkan the untuk Bu Ki. Awalnya ia mau memasukkan Bubuk itu ke tehnya, tapi tidak jadi. Siao Ciao mengatakan pada Bu Ki mengenai pertanyaan Tio Beng padanya, apa Bu Ki menyukai Tio Beng, mana lebih penting Tio Beng atau Ciu Ci jiak. Bu Ki tidak menjawab dan menyuruh Siao Ciao cepat tidur. Setelah sendiri, Bu ki berpikir kalau Tio beng keras kepala dan galak tapi baik hati, kalau Ciu ci jiak lemah lembut bermoral seperti wanita berbudi luhur, sedangkan Siao Ciao pengertian dan perhatian. Buki sampai tidak menyadari Tio beng membuka jendela, tapi melihat Bu Ki berpikir, ia menutup jendelanya lagi. Ia berkata, “Thio Bu Ki, Thio Bu Ki, demi kau aku menolak menikah dengan pangeran kecil dan menyinggung pangeran ke 7, apakah pengorbananku berharga?
Tapi Tio Bu ki tak mau memikirkan soal cinta dulu, karena teringat pesan ibunya dan masih banyak persoalan yang belum ia selesaikan. Sementara, Tio beng berpikir laki-laki yang baik adalah laki-laki yang baik, bertanggung jawab, dan menepati kata-katanya. Bu Ki punya semua itu, jadi Tio Beng tidak akan menyesal.
Di kediaman pangeran Ruyang, Koke minta maaf pada ayahnya karena tak bisa membujuk adiknya pulang. Pangeran Ruyang tak menyalahkannya karena ia pun pasti tak bisa membujuk putrinya. Pangeran ke 7 tiba, dan sesuai perjanjian, karena Tio Beng belum ditemukan, maka pangeran ke 7 menangkap pangeran Ruyang dan atas nama kaisar mencopot pangkat pangeran Ruyang. Pangeran Ruyang ingin bertemu kaisar langsung, tapi pangeran ke 7 berkata setelah sidang ke 3 kau akan bertemu.Pangera Ruyang berkata pangeran ke 7 amat kejam karena menjerumuskan pangeran Ruyang ke penjara. Meskipun pangeran Koke memohon, tapi pangeran ke 7 tetap menjebloskan pangeran Ruyang ke penjara. Pangeran kecil tidak tega. Saat pangeran ke 7 bertanya apakah ia masih ingin menikah dengan Tio Beng, pangeran kecil berkata bahwa ia hanya mencintai Tio Beng, jika aku tak bisa memilikinya, maka orang lainpun tidak bisa.Pangeran ke 7 berjanji akan menggunakan segala cara agar Tio beng menikah dengan putranya.
Tio Beng mendapat firasat buruk dan ingin pulang,tapi Bu ki menyuruhnya istirahat. Tiba-tiba Siao Ciao melihat Nenek, A Li dan Ci jiak, mereka pun mengikuti Nenek. Mereka mengintip dan bertanya pada pemilik kedai, tiga orang tadi kesini untuk apa? Pemilik kedai menjawab untuk menyewa perahu. Tio beng membayar pemilik kedai untuk mengijinkan mereka bertiga menjadi tukang perahu. Pemilik kedai bingung, karena seharusnya ia membayar tukang perahu, bukannya menerima uang dari tukang perahu. Tio Beng menyuruhnya jangan cerewet, hanya perlu bilang boleh atau tidak. Merekapun diijinkandan menyamar srbagai tukang perahu. Di dalam perahu, mereka makan bersama.Tio Beng terbiasa makan makanan lezat, tapi makanan di kapal tidak terlalu uruk. Suaiao Ciao menghilang lagi. Ternyata Siao Ciao sedang dimarahi oleh nenek bunga emas karena belum juga memberi Bu ki obat itu. Nenek ingin sebelum mereka sampai ke pulau ular, tenaga Bu Ki sudah habis. Siao Ciao terkejut karena mereka akan pergi ke pulau ular , bukannya pulau es dan api. Nenek menurunya tak usah banyak tanya dan segera laksanakan tugas. Sebelum Siao Ciao pergi, Nenek memeluk Siao Ciao dan minta maaf karena telah menyusahkan Siao Ciao. Ia sudah lama merencanakan ini dan kali ini usahanya memiliki golok pembunuh naga dan pedang langit tak boleh gagal. Siao Ciao mengerti dan pergi. Sementara itu, A Li melihat Ci Jiak bersedih karena tak bisa berbuat apa-apa, sedangkan A Li mengkhawatirkan gelombang air yang tak seperti biasanya. A Li berkata nenek tidak akan menyakiti Ci Jiak selama Ci Jiak patuh. A Li menyuruh Ci Jiak cepat makan dan Ci Jiak berterimakasih pada A Li

Tidak ada komentar:

Posting Komentar